Minggu, 21 Februari 2016

Kisah Bung Hatta Mengundurkan Diri



Tempo 01 April 1978. 20 Juli, 1956, Wakil Presiden Mohammad Hatta menulis sepucuk surat kepada Ketua DPR, Sartono SH yang isinya antara lain: “Merdeka, Bersama ini saya beritahukan dengan hormat, bahwa sekarang, setelah Dewan Perwakilan Rakyat yang dipilih rakyat mulai bekerja, dan Konstituante menurut pilihan rakyat sudah tersusun, sudah tiba waktunya bagi saya untuk mengundurkan diri sebagai wakil presiden. Segera, setelah Konstituante dilantik, saya akan meletakkan jabatan itu secara resmi.” 20 juli adalah hari Jum’at. Surat sampai ke DPR hari Senin, tanggal 23 juli. Empat bulan setelah tanggal tersebut,DPR belum memberikan tanggapan apapun. Akan hal ini, ada beberapa dugaan DPR sibuk dengan sidang-sidang,atau DPR tidak yakin bahwa itu keputusan akhir salah seorang dari tokoh Dwitunggal. Dugaan lain : DPR menolak secara halus permintaan Hatta tersebut, dengan jalan mendiamkan surat tersebut. Kemudian, 23 Nopember dalam tahun ang sama, Bung Hatta menulis surat susulan tentang suratnya yang pertama. Isinya tetap.Bahwa tanggal 1 Desember 1956, dia akan berhenti sebagai wakil Presiden, jabatan yang telah dipegangnya selama 11 tahun. Kendati, di tahun 1955, Hatta pernah pula mengedarkan pernyataannya bahwa bila parlemen dan konstituante pilihan rakyat sudah terbentuk, dia akan mengundurkan diri. Dalam negara yang mempunyai kabinet parlementer, begitu pendapatnya, Kepala Negara adalah sekedar lambang saja dan Wakil Presiden tidak diperlukan. Dengan tegas Hatta berkata: “Sejarah dwitunggal dalam politik Indonesia tamat, setelah UUD 1950 menetapkan sistim kabinet parlementer. ” Tanggal 28 Nopember, DPR bersidang khusus membicarakan minta berhentinya Wakil Presiden. Sebelumnya, sebuah Panitia Permusyawaratan telah dibentuk untuk mempermudah rembugan ten-tang masalah ini. Hadir dalam sidang 28 Nopember tersebut 145 anggota.Dan sidang hanya berlangsung selama 2 menit saja. Ketua DPR Sartono SH bertanya kepada panitia tentang laporan sudah belumnya dibuat tentang pertemuan mereka dengan Wakil Presiden Mohammad Hatta. Panitia belum siap dalam hal laporan. Gedung DPR pada waktu itu terletak di Lapangan Banteng Timur bersebelahan dengan Departemen Keuangan yang sekarang. Sidang dilanjutkan pada hari berikutnya, 29 Nopember. Kali ini hadir 200 anggota dan sidang cuma berlangsung 7 menit saja.Panitia melapor kepada ketua DPK bahwa dianggap perlu untuk bertemu dengan Presiden Sukarno untuk membicarakan hal ini. Dan Sukarno baru akan menerima panitia keeokan’ harinya, 30 Nopember. Sidang ketiga tentang acara setuju tidaknya parlemen bila Wakil Presiden Hatta meletakkan jabatan dilangsungkan malam hari tanggal 30 Nopember. Jumlah anggota yang hadir bertambah dan disemarakkan pula oleh 14 orang Menteri yang turut muncul. Panitia memberikan laporan, pandangan umum beberapa anggota dilontarkan dan atas musyawarah dan mufakat, DPR akhirnya meluluskan permintaan Wakil Presiden Mohammad Hatta. Akibat dari mundurnya Bung Hatta ini, DPR mencoba membahas, siapa penggantinya.Dalam UUD hanya disebutkan bahwa Presiden didalam melakukan kewajibannya dibantu oleh seorang Wakil Presiden. Lantas siapa yang akan membantu Presiden kalau wakilnya tidak ada? Tidak dijelaskan dalam UU. Sidang kemudian diramaikan oleh pro dan kontra perlu tidaknya jabatan wakil Presiden diisi kembali. Kalau iya siapa yang akan menggantikan Bung Hatta? Dan pembicaraan tentang hal ini tetap berlarut-larut sampai hanyut dengan sendirinya. Jabatan wakil Presiden kemudian osong selama 17 tahun. Dan barulah di tahun 1973, kursi Wakil Presiden diisi lagi oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Keluarnya Hatta dari lingkaran kekuasaan politik, telah mengakibatkan berbagai reaksi waktu itu. Partai NU menginginkan agar Bung Hatta tidak keluar sama sekali dari kursi pemerintahan. Diusulkan agar Hatta duduk dalam Badan Perencana Nasional di samping Dewan Nasional yang diketuai Sukarno. Partai-partai IPKI, Perti, Masyumi dan organisasi lainnya, mengharapkan sebuah Kabinet Kerja dan Hatta sebagai pimpinannya. Pihak Angkatan Darat yang waktu itu Kepala Stafnya adalah Mayjen A.H. Nasution dan Wakilnya Kol. Gatot Subroto, telah berusaha memulihkan hubungan kerjasama Sukarno-Hatta. Bahkan seusai Rapat Panglima tanggal 20 Maret 1957, KSAD, Wakil KSAD dan ketiga Deputy (Kol. A. Yani, Kol. Ibnu Subroto dan Kol. Dahlan Djambek) daang menghadap ke Bung Hatta untuk melaporkan hasil rapat. Di sana dinyatakan betapa pentingnya untuk “memelihara kesempurnaan kekuasaan sentral” dewasa itu. Retaknya pasangan dwitunggal kian nyata, biarpun Soekarno selalu menyangkal hal itu. Ini kentara ketika Bung Karno dalam pidatonya di hari Sumpah Pemuda 28 Okrober 1956, ketika ia mencanangkan betapa pentingnya sebuah demokrasi terpimpin. Hatta, sebulan kemudian, ketika dia dikokohkan oleh Universitas Gajah Mada untuk doktor H.C., 27 Nopember, 1956,antara lain berkata “Demokrasi terpimpin tujuannya baik, tapi cara dan langkah yang hendak diambil untuk melaksanakannya kelihatannya malahan akan menjauhkan dari tujuan yang baik itu.” Sekitar 1957, pertentangan belum meruncing betul. Hatta bahkan dalam sebuah surat kabar menganjurkan bahwa “untuk mengatasi kesulitan yang bertumpuk-tumpuk yang sukar diatasi oleh Kabinet Parlementer dewasa ini, sudah seharusnya diadakan Kabinet Presidentiil di bawah Presiden Sukarno sendiri.” Rupanya, atas desakan berbagai aliran dan partai, Hatta juga mencoba untuk bersatu kembali dengan Sukarno Ini terbukti seperti yang ditulis dalam buku kecilnya Demokrasi Kita (semula diterbitkan oleh majalah Pandji Masjarakat) pada halaman 19: “Bagi saya yang lama bertengkar dengan Soekarno tentang bentuk dan susunan pemerintahan yang efisien, ada baiknya diberikan fair chance dalam waktu yang layak kepada Presiden Soekarno untuk mengalami sendiri, apakah sistimnya itu akan menjadi suatu sukses atau suatu kegagalan sikap ini saya ambil sejak perundingan kami yang tidak berhasil kira-kira dua tahun yang lalu.” Hatta menulis Demokrasi Kita di tahun 1960. Tentang DPR, ada pula kritiknya waktu itu: “Dengan perobahan Dewan Perwakilan Rakyat yang terjadi sekarang, di mana semua anggota ditunjuk oleh Presiden, lenyaplah sisa-sisa demokrasi yang penghabisan. Demokrasi terpimpin Soekarno menjadi suatu diktatur yang didukung oleh golongangolongan yang tertentu.” Dan pecahlah ikatan dwitunggal. Dan memang sulit untuk suatu Kabinet Presidentiil kalau Presiden dan Wakil-nya mempunyai pandangan dan pendirian yang berbeda.

Jumat, 19 Februari 2016

Hubungan Manusia Dengan Tuhan



Kemarin saya telepon ibu saya yang berada di desa, ya hanya dengan telepon kami bisa berbincang, karena jarak kami yang amat jauh. Saya tinggal di rumah saudara yang berada di daerah Tangerang Selatan.
.
Seperti pada umumnya ketika anak menelepon ibunya, pastilah yang dibahas hal-hal yang berkaitan dengan keadaan masing-masing, kondisi kesehatan, dan yang paling penting ditanyakan kapan pulang.
.
Namun ditengah perbincangan kami yang asyik, ibu saya menyelipkan sebuah pertanyaan yang menggugah pikiran saya tentang hubungan manusia dengan Tuhannya.
.
Begini petikan percakapannya :
Ibu : "Be, perasaanmu kalau sholat disitu menghadap kemana?"
Saya : "Menghadap ke barat lah" (dengan nada sedikit tertawa)
Ibu : "Bukan, maksud Ibu, perasaan kamu?"
Saya : "Iya ke Barat, memang kenapa?" (Masih dengan nada tertawa)
Ibu : "Berarti kamu tau arah barat, timur, selatan, dan utara?"
Saya : "Engga si, orang dikasih tau arah barat disana (menghadap ke belakang rumah), ya aku yakin kalo aku menghadap barat"
Ibu : "kamu tau rumah pakde mu itu menghadap kemana?"
Saya : "wah kemana ya, bingung.."
.
Agak lama berpikir akhirnya saya tau
Saya : "Ke Timur bu.. Hahahaa.. .."
Ibu : "berarti sebenarnya kamu ga tau kan arah barat"
Saya : "iya bener juga sih.. Hahahaha"
Ibu : "kalo ibu sholat disitu, perasaan ibu menghadap ke utara"
Saya : "ya iyalah, kan kalo sholat disini menghadap ke belakang rumah pakde, sedangkan rumah kita, tempat biasa kita sholat, belakang itu arah utara"
Ibu : "makanya, Ibu udah terbiasa kalo belakang rumah itu arah utara, jadi kalo sholat disitu perasaannya menghadap ke utara deh.. hhahaha"
Saya : "yang penting udah tau kalo sholat menghadapnya ke belakang rumah pakde, hahahha"
Ibu : "Iya maka itu, kamu yakin itu arah barat karena kamu dikasih tau, bukan karena kamu benar-benar tau kalau itu arah barat"
.
Setelah itu kami membahas hal yang lain.
Menarik bagi saya ketika Ibu membahas arah barat itu. Tiba-tiba pikiran saya terbuka tentang hubungan antara manusia dan Tuhan.
.
Kita tau arah barat karena dikasih tau arah barat, sehingga kita yakin tentang kepercayaan kita tentang arah barat, bukan karena kita benar-benar tau arah barat.
.
Berbeda dengan ibu saya, ketika ia yakin arah barat menghadap ke samping rumah, ia beranggapan arah barat terus di samping rumah, bukan di belakang rumah, hingga saat ia berkunjung ke rumah kakaknya (pakde saya) dan kakaknya menunjukkan arah barat menghadap ke belakang rumah, ia tak yakin kalau itu benar-benar barat, karena ia terbiasa menyebut barat menghadap ke samping rumah. Itu ia yakini karena ia tak benar-benar tau arah barat, dan sudah terbiasa akan "barat"-nya.
.
Lantas apa hubungan cerita ini dengan Tuhan?
.
Begini..
Apa anda yakin tentang Tuhan?
Apa anda benar-benar tau tentang Tuhan?
Atau anda hanya mewarisi kepercayaan orang tua?
.
Kebanyakan dari kita meyakini Tuhan yang diyakini orang tua.
Ketika orang tua kita beragama Islam, kita seolah-olah meyakini kalau Tuhan kita adalah Allah SWT.
Ketika orang tua kita beragama Kristen, kita seolah-olah meyakini kalau Tuhan kita adalah Yesus.
Begitu pula ketika orang tua kita beragama Hindu, Budha, Konghuchu, dll.
.
Bahkan sebenarnya kita meyakini "ada Tuhan" karena kita dikasih tau kalau memang "ada Tuhan", bukan karena kita benar-benar tau bahwa "ada Tuhan"
.
Agama sejatinya ialah kepercayaan pada Tuhan, bukan warisan, namun selama ini agama selalu menjadi warisan yang menutup pikiran akan kebenaran Tuhan.
.
Sangat jelas perbedaan antara sekedar tau dan benar-benar tau.
.
Ketika kita hanya mewarisi kepercayaan orang tua terhadap Tuhan, apapun yang dilakukan orang tua menurut kepercayaannya, akan kita tiru. Seperti saat orang tua ibadah kita tiru, saat orang tua merayakan hari raya kita tiru. Sejatinya apa yang kita lakukan itu seolah-olah karena kita yakin kepada orang tua, bukan kepada apa yang kita kerjakan.
.
Berbeda ketika kita benar-benar tau tentang apa yang kita percayai. Ketika kita melakukan ibadah, ketika kita merayakan hari raya, itu kita lakukan karena kita yakin apa yang kita kerjakan adalah penghubung antara Tuhan dengan kita, bukan yakin terhadap orang lain.
.
Dan kebanyakan apa yang diyakini manusia terhadap Tuhannya, sama seperti ketika saya meyakini arah barat,
"Sekedar tau, sekedar yakin, karena kita diberi tau, bukan karena kita benar-benar tau akan kebenaran itu"

Apakah Cinta Tak Perlu Dicari?



Hai cinta, apakabar?
gimana keadaanmu sekarang? sehat?
oh tentu, aku yakin kau pasti sangat sehat tanpa punya satu goresan luka
gimana perasaanmu sekarang? senang?
pastilah, aku yakin kau juga selalu senang, soalya kau tak memiliki kewajiban yang harus dikerjakan,
kau cuma cuma punya hak untuk didapatkan.
eh aku sedikit gila ga sih nanyain kabar tentangmu? hahaha

btw, entah kenapa aku jadi keinget kamu
cin, kamu tuh sebenernya ada dimana si? kata orang kamu ada di hati
tapi kok kalo kamu bikin seneng aku, jantungku yang getar makin kencang, bukan hatiku yang membesar?
kalo kamu nyakitin aku, otakku sama mataku yang kerja mikirin sama ngeluarin air, bukan hatiku yang mengecil?
terus hati kerjanya apa dong?
cin, plis deh kasih tau aku sebenernya kamu ada dimana?

aku sebenernya pengen banget ketemu kamu
tapi aku ga tau kamu sebenernya ada dimana
di jantung, di otak, di mata, atau dihati? atau mungkin di dengkul kali ya!
eh maaf cin aku bilang kamu di dengkul, hahaha
soalnya kamu ga punya otak sih, dateng seenaknya, pergi semaunya
kamu tuh ga pernah dateng disaat yang tepat, kenapa sih?
apa kamu cuma pengen mainin aku?
eh gila aja, kamu kan ada di dalem tubuhku, harusnya aku yang mainin kamu dong, kamu ga boleh seenaknya sama majikan!
tapi kenapa aku ga bisa mainin kamu ya? berari aku majikan yang payah dong? haduuuh!
aku tuh harusnya bisa ngatur kamu, ngontrol kamu, kapan aku maunya kamu dateng sama pergi
bukan seenak dengkulmu suka keluar masuk
eh ngomong-ngomong kamu kalo dateng masuk mana sih? dengkul ya? mungkin, soalnya kalo kamu masuk diotak, kamu pasti gampang ku atur, haha

kamu keluar masuk harusnya terserah aku dong, kan aku yang punya kamu
seperti tanganku ini, aku mau tanganku ambil sendok, ya tanganku ambil sendok
juga seperti mata ini, aku mau melek ya mataku melek, aku mau merem ya mataku merem
tapi kok kamu susah banget diatur sih!
kayak anak kecil aja deh
aku pengennya kamu dateng, eh kamu malah pergi
aku pengennya kamu pergi, eh kamu malah ngeledek aku
aku pengen kamu mati, eh nafasmu malah makin kenceng
gimana sih sebenernya cara ngebunuh kamu? pengen banget deh! hahaha
dasar bagian tubuh yang durhaka kau! kualat, tar masuk neraka loh hahahaha

cin dewasa dikit bisa ga sih?
kayak orang-orang dewasa lainnya yang bisa ngertiin orang lain
orang dewasa tuh tau mana yang baik mana yang buruk
orang dewasa tuh tau kapan saatnya dateng dan kapan saatnya pergi
orang dewasa tuh tau mana yang enak diliat, ehh, haha

eh cin, kamu tuh dah tua, sama kayak umur aku
udah waktunya kamu dewasa, tapi kok ga bisa-bisa?
makanya jangan main-main mulu kayak anak kecil, susah diatur
tar kamu sendiri yang susah kalo udah tua kelakuannya masih kayak anak-anak
tambah tua bukannya tambah dewasa, eh kelakuannya malah tambah kekanak-kanakan.

cin, sebenernya aku cinta sama kamu,
sebenernya aku juga sayang sama kamu
aku pengen kamu jadi anak dewasa, biar tau mana yang baik sama yang ga bener
biar kamu bisa masuk surga
kalo kamu masih kayak anak-anak terus suka nyakitin orang, tar bisa dosa loh, masuk neraka deh

eh aku lupa, kalo sebenernya kamu tuh abstrak
ga jelas, ga enak dipandang, hahaha
udah dulu ya cin, moga kamu bisa tambah dewasa

oh ya aku punya tips nih, kalo kamu pengen nyoba jadi orang tua, coba minum Kopi Vietnam yang lagi ngetrend di tv itu
enak loh, aku aja pengen nyobain sebenernya, tapi keburu ditutup, hahahah

Siapa Yang Layak Menjadi Pasangan Kita?



waktu muda, seseorang akan memiliki banyak harapan untuk masa depannya, karena pada waktu itu, otak lebih banyak berimajinasi. dan satu harapan yang sering diimajinasikan anak muda adalah tentang kriteria suami/istri yang ingin didapatkannya.

banyak pemudi yang berharap akan dinikahi oleh seorang tentara atau polisi yang gagah, dokter atau pengusaha yang banyak uang, atau yang penting beriman, baik hati, dan penyabar, macam-macam deh pokoknya.

begitu juga dengan pemuda, banyak yang berharap dapat memperistri seseorang yang cantik, manis, imut supaya enak dipandang, banyak juga yang berharap dapat menikahi anak orang kaya untuk menumpang hidup, dll, macam-macam alasannya.

tapi itu ketika muda, ketika kita sudah bertambah usia, imajinasi-imajinasi indah itu akan tergeser oleh akal sehat kita. dan ketika akal sehat itu terbuka, tidak ada kriteria-kriteria indah yang harus dipenuhi seseorang untuk menjadi suami/istri kita.
semua kriteria yang sering kita imajinasikan dulu, akan hilang dan dipendam oleh akal sehat kita.
dan akhirnya akal sehat kita hanya menentukan satu kriteria orang yang sangat layak untuk mendampingi hidup kita, kriteria itu adalah "orang yang kita cintai" dan "orang yang mencintai kita"

Keinginan Yang Tak Terpenuhi




selama menjalani perjalanan di kurun waktu usiaku ini, aku memperoleh banyak hal yang bisa ku ceritakan pada anak cucuku nanti.
ada hal gembira, kesuksesan, banyak pula kisah tentang kegagalan yang mungkin bisa membuat anak atau cucuku tertawa terbahak-bahak nantinya, karena mereka berpikir begitu bodohnya aku ketika gagal mendapat apa yang kuiginkan.
berbicara tentang keinginan, banyak hal yang saat ini aku inginkan dalam berbagai hal, maklum bagi nadi darah muda yang selalu ngotot mendapat kesempurnaan.
namun satu persatu keinginan indahku luntur karena air, hingga lukisan dari cat yang tadinya sungguh indah, kini hanya menjadi seperti coretan anak kecil yan bentuknya sama sekali sudah tak terlihat.

ada satu keinginan yang baru saja kuinginkan dalam rentang beberapa minggu terakhir ini, keinginan yang melebihi kata "indah", mungkin hanya bisa disaingi oleh kata "subhanallah", karena memang keinginan itu begitu megah, anggun, dan sulit didapat.
awalnya aku tak ingin mendapatkan apa yang kuinginkan itu, namun seperti kebanyakan orang bilang "cinta selalu datang terlambat", dan cinta pada keinginanku pun sama.
mungkin aku berada di posisi yang salah saat ini, namun cobaan dan takdir tak bisa disalahkan, kadang mereka hadir disaat yang tak sesuai, namun inilah kenikmatan dunia.
dan cobaan atau takdir inilah yang membuat butiran mutiara terus menetes, entah satu liter dua liter, atau mungkin lebih, namun tak apa, aku masih punya banyak ember untuk menampungnya, akupun masih bisa pergi ke selokan untuk membuangnya.
karena mutiara itu bukan mutiara yang indah, seindah mutiara laut.

seperti sifat anak muda pada umumnya, mereka akan melakukan apapun untuk mendapat apa yang mereka inginkan, namun setelah mereka mendapatkannya, mereka akan merasa tak puas dan menginginkan yang lebih sempurna.
dan saat ini aku berada di posisi mencoba meraih apa yang sering kusebut "subhanallah", entah ini hanya cobaan agar aku lebih giat untuk mendapatkannya, atau mungkin ini takdir yang menandakan aku tak pantas untuk meraihnya.

mungkin Tuhan hanya mengujiku melalui sebuah cobaan.
mungkin Tuhan ingin memberitahuku kalau aku tak pantas meraihnya.
atau
mungkin Tuhan mengasihiku karena aku bisa mendapat yang lebih sempurna.
ah, aku Tak ingin kesempurnaan, aku hanya ingin kebahagiaan.

keinginan.
kalian pasti mempunyainya kan? entah dalam hal apapun?
apasih yang kalian pikirkan tentang itu?
pasti kalian ingin meraihnya kan?
ketika kalian meraihnya kalian akan bahagia, bangga, kemudian akan menceritakan pada semua orang hingga mereka bosan mendengar celotehanmu itu, iya kan?
tapi walau mereka bosan mendengarkanmu, kalian acuh saja, dan tetap menceritakan hal itu, karena itu sumber kebahagiaan keduamu kan? itu tak ada salahnya kok.

tapi ketika kalian gagal meraihnya?
kalian akan menutupi kegagalan itu dari siapapun pasti.
kalian tak ingin ada seorangpun yang mengungkit-ungkit hal itu, termasuk orang-orang terdekat disekitarmu, ya kan? wajar saja.
terlebih ketika keinginan kalian yang sudah hampir pasti kalian dapatkan tiba-tiba digagalkan oleh seorang elit. pasti marah mencampuri kesedihan kalian. betul? sama.

sebenarnya ada dua hal yang dapat kalian pilih ketika tak mendapat apapun yang kalian inginkan.
yang pertama kalian tetap menunggu dan tetap berusaha agar apa yang kalian inginkan tercapai, walau kalian tak punya kepastian akan mendapatkannya. ini antara konsisten dan bodoh.
yang kedua kalian melupakan apa yang kalian ingikan dan meraih sesuatu yang lebih megah agar kalian tak menyesal telah gagal mendapatkan keinginan yang sebelumnya. ini yang paling sulit dilakukan.
dan jika harus memilih diantara dua pilihan itu, mungkin saat ini aku akan memilih yang pertama, walaupun aku nantinya dianggap bodoh, karena aku belum mampu melakukan pilihan kedua.
darah mudaku masih mengalir deras, dan itu menghambat akal sehatku untuk melakukan hal yang lebih ekstrim seperti di pilihan kedua.

sebenarnya aku saat ini sadar kalau kebahagiaan itu dapat diperoleh dengan cara yang sederhana, namun menjadi sederhana tak sebahagia yang diangankan.
ketika banyak guru bangsa yang bilang "hidup ini singkat", maka saat ini aku akan menjalaninya.
hidup harus tetap berjalan, walau keinginan yang super itu tak bisa kalian dapatkan.

dan ketika nanti masanya tiba, kalian akan cukup kritis untuk memilih antara melakukan tindakan bodoh, konsisten, atau melaukan hal yang amat sulit.
dan itu tak butuh waktu lama lagi, percayalah.

Apakah Jodoh Tidak Bisa Dirubah?



jodoh memang takdir . .
tapi takdir bisa dirubah . .
loh bukannya jodoh udah ditentukan sama Allah sebelum kita lahir dan ga bisa dirubah?
iya ga bisa dirubah sama kita, tapi bisa dirubah sama Allah
kan Allah punya "Kun Fayakun"

takdir ada dua, yang bisa dirubah dan yang ga bisa dirubah
dirubah yang dimaksud disini oleh manusia
sejatinya semua takdir bisa dirubah, oleh Allah dengan "Kun Fayakun"-Nya, termasuk Jodoh

seperti ketika kita sudah ditakdirkan berjodoh dengan konglomerat, keturunan bangsawan, karena Allah sudah menakdirkan kita menjadi orang yang baik dan benar, tapi sifat dan perilaku seseorang adalah takdir yang bisa kita rubah, dan ketika kita merubah takdir yang telah ditentukan Allah, masa iya Allah tetep mau jodohin konglomerat sama penjahat

sebaliknya juga ketika kita ditakdirkan  berjodoh dengan penjahat, karena sebelumnya kita diberi sifat yang angkuh, sombong, tapi sifat tersebut dapat kita kendalikan sehingga kita menjadi manusia yang beradab, pasti Allah kasih jodoh yang lebih baiklah daripada seorang penjahat.

karena jodoh adalah takdir yang bisa dirubah
rubah dulu perilaku kita jadi lebih baik, supaya Allah dengan senang hati memberi kita jodoh yang baik