Kamis, 03 Maret 2016

Mengenang Kehebatan Ramang, Maradona Dari Indonesia



WAJIB DIBACA SAMPAI TUNTAS!
Sangat diharapkan juga bagi member yg online pke' PC (komputer), agar membagikan kisah Ramang ini ke fanpage lain!! Biar mereka tau sehebat apa itu yg diblg Ramang.

>> Lebih Sering Latihan di Pantai

Ramang adalah sosok yang sangat melegenda dan kontroversial. Melegenda, karena semasa hidupnya telah melahirkan prestasi yang luar biasa dan hingga kini belum tertandingi. Dalam seabad setelah Ramang tampil, kata orang, sulit kita menemukan pemain bola sekelasnya.

Dia banyak disebut-sebut sebagai Pele-nya Indonesia. Hasil yang dicapai itu, karena disiplin dalam berlatih. Dia menggelutinya dengan tidak lazim. Ketika akan pergi berlatih bermain bola, dia sudah lari berkeliling lapangan (di mana pun dia berlatih) sebelum para pemain lainnya muncul di lapangan.

Begitu pun ketika teman-temannya usai berlatih, Ramang masih tetap berlatih menendang bola ke gawang hingga hari gelap. Tetapi satu model latihan yang Saya baru tahu dilakukan Ramang dan diperoleh dari para narasumber itu, adalah Ramang sering berlatih di pantai.

Berlatih di tengah gelombang. Menendang bola yang dibawa kembali gelombang ke pinggir pantai hingga dia capek. Dia juga berlatih berlari di pasir. ‘’Ini maksudnya untuk memperkuat otot paha,’’ kata salah seorang narasumber saya di Barru, 20 Juni 2010.
______________________________________________________________________________
>> Selain Piawai dgn Bola² Salto, Ramang jg Cukup Mumpuni dalam persoalan Men-tackle lawan.

Kepiawaian Ramang dalam mengola si kulit bundaradalah tendangan salto. Dua gol yang dia ciptakan untuk kemenangan Indonesia 2-0 atas Republik Rakyat China (RRC) di Jakarta kala itu salah satunya lahir dari tendangan saltonya.

Kalau pemain lain, hanya satu kakinya yang menendang melayang saat melakukan tendangan salto, tetapi Ramang beda. Salah satu kakinya yang tidak menendang juga ikut ‘mengawal’ kaki yang mendapat tugas mengeksekusi si kulit bundar.

Banyak kehebatan lain Ramang, misalnya tendangan pojok. Dalam suatu pertandingan di Stadion Mattoanging, Ramang pernah menjadi eksekutor dua tendangan pojok. Ketika mengambil tugas tendangan pojok di gawang lawan di sebelah utara, bola langsung masuk di sudut atas kiper lawan.

Demikian juga ketika melakukan tendangan pojok di bagian selatan. Sama, bolanya juga masuk di pojok gawang lawan. Rasanya, masih banyak yang luar biasa dari Ramang. Namun, ini mungkin yang agak kontroversial, yaitu diungkapkan seorang mantan pelatih PSM.

Ia mengisahkan kalau Ramang juga pernah ‘direpotkan’ oleh pemain lawan. ‘Mesin gol dari Makassar’ ini jika hendak 'memakan (mencederai)’ lawan yang terlaku kasar mainnya, maka caranya tidak pernah terlihat dan ‘tercium’ oleh wasit. Yang wasit tahu adalah tiba-tiba salah seorang pemain lawan PSM tumbang di lapangan. Urusan berikutnya, tugas tandu dan rumah sakit mengangkat pemain lawan tersebut dari lapangan.

Dikisahkan, suatu waktu Ramang membawa bola. Tentu saja, si lawan tidak mau membiarkan si Ramang lewat dan membahayakan gawangnya. Si pemain lawan pun melakukan takling keras untuk melumpuhkan kehebatan Ramang.

Ramang pun terjatuh. ‘’E e ehh.. anak muda, hati-hati,’’ kata Ramang begitu terbangun dari jatuhnya akibat tekel keras lawan.
‘’Saya juga mau jadi pemain bagus,’’ balas pemain muda itu kepada Ramang.

Beberapa saat kemudian, giliran Ramang membawa bola ke arah pemain muda tadi. Bola sengaja dikasih tanggung di depannya. Pas pemain tersebut masuk untuk menyepak bola dari kaki Ramang, bersamaan pula Ramang melayani sepakan kaki pemain lawan tersebut.

Apa yang terjadi berikutnya, Ramang disebutkan mengaku tak tahu apa menimpa pemain muda tersebut. Yang jelas, beredar kabar, selama dua minggu pemain muda itu tidak bisa jongkok kalau mau buang hajat.

(ADMIN: hha,, palla' tongi mantepo' pleng ramang di', striker njo eh,,).
______________________________________________________________________________
>> Kiper Takabur Dibuat Masuk Gawang dan Rumah Sakit

Kini kalau dia tampil di lapangan. Semua narasumber –padahal diwawancarai terpisah– bagaikan bersuara koor (sama) perihal kepiawaian Ramang di lapangan hijau.

Pertama soal trio (Ramang, Noorsalam dan Suwardi Arland). Trio ini sebenarnya orang yang secara individu sangat tidak cocok di luar lapangan. Tetapi, jika bersama di dalam lapangan, mereka bekerjasama, kompaknya tidak ketulungan.

Noorsalam dengan kemampuan heading-nya. Suwardi dengan kemampuannya menarik dan menghalau lawan 2 sampai 3 pemain lawan yang berupaya merebut bola ‘gorengan’ Ramang. Itu dilakukan Suwardi hanya sebagai trik untuk memberi ruang bagi Ramang lepas dari pengawalan pemain lawan.

Dan ketika bola sudah dikuasai Ramang, semua narasumber mengatakan bahwa 99,9% pasti berbuah gol. Soal kerasnya tendangan Ramang mungkin tak banyak orang yang percaya. Lebih banyak kiper yang masuk turut serta bersama bola yang dipeluknya ke dalam gawang, saking kerasnya tendangan Ramang meskipun mampu dihalau kiper lawan.

Kiper-kiper yang takabur (yang sempat berkata mampu menahan tendangan Ramang), selain ada yang rontok ke lapangan, juga berujung ke rumah sakit. Dan beberapa narasumber Saya menjadi saksi mata ‘tragedi’ penjaga gawang seperti itu.

(ADMIN: Ramang is the first Steven Chou "Shaolin Soccer").
______________________________________________________________________________
>> Andai Baju Ramang Tak Ditarik Pemain Soviet

Ketika di Barru, Sulawesi Selatan, setelah berlatih dengan beberapa pemain lain di Makassar, Ramang sering melatih para pemain yang tergabung dalam Bond Barru. Salah seorang di antaranya adalah narasumber saya itu. Dia, narasumber itu, mengatakan, setelah berlatih di pinggir pantai, Ramang menyuruh mereka berlari mendaki bukit yang ada di sebelah timur Sumpang Binangae, tempat dia sekolah.

Yang juga menarik adalah, ketika jam istirahat (keluar main), Ramang memang keluar bermain. Sasarannya adalah pergi menendang-nendang bola di lapangan Sumpang Binangae yang hanya beberapa meter saja dari sekolahnya. Salah seorang adik kelasnya (di kelas 2, Ramang di kelas 5) yang juga pernah dia latih, kerap bermain bersamanya.

‘’Kadang-kadang ketika duduk istirahat di pinggir lapangan dia pernah mengatakan kepada saya 'Dengan kakiku ini, Saya akan naik itu,’’ kata Ramang sembari menunjuk pesawat terbang yang melintas di angkasa Sumpang Binangae. Ternyata apa yang dia katakan itu benar," katanya.

Tahun 1956, Ramang dipanggil memperkuat kesebelasan Indonesia pada ajang Olimpiade Melbourne Australia. Prestasi spektakuler menahan Uni Soviet 0-0 pada pertandingan pertama adalah hasil luar biasa yang mungkin saja tidak akan pernah terulang lagi bagi kesebelasan nasional republik ini ke depan.

‘’Kalau saja kaos Ramang tidak ditarik pemain Soviet, mungkin kisah pertandingan itu akan lain,’’ demikian salah satu dokumentasi yang saya peroleh.

Anjas Asmara mengaku sempat berguru khusus pada Ramang. Kalau Ramang pulang, di rumahnya dia pancang kayu di halaman. Pada kayu itu, dia ikat ban dalam sepeda yang tidak dipakai dan sudah dibelah. Salah satu ujung karet ban dalam sepeda dia ikat pada kayu yang terpancang. Ujungnya yang satu lagi dia ikat pada betisnya.

‘’Apa maksudnya beliau melakukan latihan model itu?,’’ tanya Saya pura-pura bodoh sekadar ingin mengetahui jawaban narasumber itu. ‘’Beliau bilang, ini cara untuk menghasilkan kualitas tendangan yang prima. Latihan kelenturan kaki saat menendang,’’ jawabnya.

(ADMIN: untuk menjadi pemain yg handal, tdk hrs ditunjang dgn peralatan² yg canggih dan modern).
______________________________________________________________________________
>> Hampir Setiap Hari Nongkrong di Teras Rumah

Penyakit paru-paru yang keras, gara-gara merokok yang juga keras, mengantar ayah tujuh (tiga meninggal) anak ini kembali ke Al Khalik. Upaya untuk menyelamatkan jiwanya ketika pertama terserang penyakit itu bukan tidak ada.

Beberapa orang yang menaruh perhatian terhadap dirinya, di antaranya almarhum H.Sudarno Ahmad dan Abbas Ninring yang waktu itu bekerja di Bank Pembangunan Daerah (BPD) Sulsel, berinisiatif membawa Ramang ke rumah sakit.

Kamar-kamar rumah sakit pemerintah penuh. Sudarno Ahmad pun tidak perlu pikir panjang, dia membawa ‘si Macan Bola’ itu ke Klinik Budi Dharma di Jl.G.Bawakaraeng (dulu, kini jadi show room mobil) miliknya.

Oher, demikian para anak asuhannya kerap memanggil pria kelahiran Barru, 24 April 1928 ini, 50-an hari lebih mendekam di klinik Penyakit Dalam tersebut. Dia sehat sekali ketika meninggalkan klinik. Berat badannya yang melorot turun, kemudian naik 15 kg. Luar biasa. Namun, setiba di rumah, Ramang kurang disiplin.

Dia sulit bercerai dengan rokok kesayangannya yang ditemani kopi "Nescafe" kesenangannya. Ketika saya ke belakang rumahnya di Jl.Andi Mappanyukki (di belakang show room mobil Kumala Motor sekarang), kerap melihat Ramang duduk di beranda depan rumahnya.

Bersarung, barkaos oblong putih, dan ditemani minuman kegemarannya. Setiap orang yang datang ke rumahnya kala itu -- jika ada di rumah sore hari – pasti menemukan beliau duduk di situ.

‘’Tidak usah diwawancarai. Cukuplah anak-anak muda itu kau wawancarai. Saya sudah tua,’’ begitulah jawabannya setiap saya mampir hendak mewawancarainya.

Ucapan yang sama juga dia sampaikan kepada Zainuddin Tamir Koto (Zatako) yang ketika itu mewakili Majalah Olimpic yang dipimpin Ardhy Syarief (alm) yang pernah menjabat Ketua Departemen Olahraga PWI Pusat.
Saya akhirnya sempat juga mewawancarainya suatu saat. Itu pun secara kebetulan saja. Sore itu, saya memang tidak mengagendakan ada sesi wawancara dengan Ramang. Soalnya, saya tahu, jawabannya sudah pasti seperti dulu lagi.
______________________________________________________________________________
>> Wasiat Ramang utk Anaknya: Jangan ko Merokok!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar