Senin, 04 April 2016

1959, Tahun Penemuan Revolusi Kita



Bung Karno membacakan pidato "Rediscovery of our Revolution" Menemukan kembali jiwa revolusi. Idealisme tertinggi Bung Karno adalah penggambaran negara yang makmur dan sejahtera, dimana rakyatnya bukan hanya cukup sandang dan cukup pangan, tapi rakyatnya mampu menciptakan kebudayaan kebudayaan besar, dimana Indonesia adalah pusat peradaban baru. 

Di tahun 1959, dunia bergolak. Vietnam mulai dijahili Amerika Serikat, sementara RRC sudah terlepas dari bayang bayang Sovjet Uni, Asia Tenggara menurut prediksi Bung Karno akan jadi pusat perang "antar pemodal" dimana akan tercipta kantong kantong ekonomi yang mengepung Indonesia. Satu hal Indonesia harus kuat di segala lini.

Pemikiran Bung Karno ini sudah timbul sejak tahun 1952, saat itu pandangan Presiden Ike Eisenhower meneruskan doktrin Truman, bahwa dunia membelah ke dua hal : Dunia Bebas dan Dunia Kekang, dunia bebas merujuk pada Amerika Serikat, sementara dunia kekang merujuk pada kekuatan Komunisme, sementara dalam pandangan kominis, kekuatan Amerika Serikat dan sekutunya adalah raksasa yang akan menghisap kemanusiaan atas nama modal, kaum Kapitalis bisa mengubah bentuk apa saja asal bisa menghisap modal modal kerja manusia ke dalam pusat permodalan dalam dirinya. Bung Karno, yang memang sejak usia 30 tahun, menyadari bahwa pertarungan Nasionalisme adalah juga pertarungan modal, bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu mengkapitalisasi modal.

Geopolitik jadi perhatian besar Bung Karno setelah Indonesia memenangkan perang melawan Belanda lewat pengakuan kekalahan Belanda di Istana Merdeka, 1949. Namun setelah itu Bung Karno membaca bahwa kemenangan Belanda itu bukan sebuah pengakuan abadi, tapi sebuah langkah mundur sesaat, peristiwa peristiwa seperti : Gerakan Angkatan Perang Ratu Adil, 1950 sampai pada gerakan gerakan bersenjata PRRI/Permesta 1958 merupakan satu rangkaian bagaimana politik Internasional bermain untuk mengobok obok Indonesia sehingga Indonesia akan terpecah pecah menjadi negara negara kecil, apa yang terjadi di Indonesia adalah mirip dengan RRC, saat itu di tahun 1949, Presiden AS Truman melakukan kesalahan saat ia tidak berhasil memecah RRC, karena bagi Truman "RRC bersatu lebih mudah dikuasai ketimbang Cina daratan yang terpecah menjadi kecil kecil" ternyata Mao Tse Tung, memiliki pandangan jauh ke depan bahwa "Persatuan akan lebih memudahkan pengumpulan kapital, sehingga terbentuklah negara yang berdaulat tapi punya modal kuat" pandangan Mao ini diteruskan Deng Xiao Ping, lebih dalam lagi pada dekade 1970-an, hasilnya Ekonomi RRC saat ini nyaris menyamai Amerika Serikat.

Bung Karno juga punya konsepsi yang sama "Persatuan Nasional" itulah filosofi dasar dalam memahami alam pemikiran Bung Karno. "Persatuan Nasional" hanya bisa dibentuk oleh kolektivisme, tapi bukan kolektivisme ala Stalin, namun ala Nusantara yang kita kenal sebagai "Gotong Royong", dalam perjalanan menuju "Kesatuan Politik" dan alam Gotong Royong, perlu yang disebut sebagai "Revolusi Nasional". Disinilah kemudian Bung Karno merumuskan Revolusinya untuk menjadikan Indonesia negara terkuat di dunia.

Ketukan pertama Revolusi itu dimulai tahun 1959, setelah Bung Karno merobek robek perjanjian KMB dengan Belanda, ia melangkah lebih jauh minta wilayah Irian Barat dimasukkan ke Indonesia, ini adalah salah satu jalan politik revolusi. Irian Barat adalah bagian dari dunia imperialisme Belanda yang kemudian dibebaskan Bung Karno, ke dalam satu mandat politik Negara Proklamasi 1945. Dan juga Bung Karno melakukan pencegahan jangan sampai Irian Barat diberikan ke Belanda, karena itu berpotensi wilayan Irian Barat akan jadi "Pangkalan Militer terbesar Amerika Serikat di wilayah Pasifik". Bung Karno ingin Sabang sampai Merauke dibawah kontrol Republik.

Tahun 1959, bisa dikatakan juga sebagai, Tahun Penghilangan dualisme keragu-raguan "apakah Revolusi Sudah Selesai atau Belum Selesai?" , di tahun ini Bung Karno menyatakan Revolusi Belum Selesai, ini jadi satu konsepsi besar mengubah mentalitas orang Indonesia dari bangsa yang dibudaki oleh asing dan minderan menjadi manusia Indonesia yang berdaulat dan bermental pemenang.

Tahun 1959, adalah babak pertama sebelum persiapan merebut Irian Barat dan melakukan kampanye peran politik Indonesia di dunia untuk menjadikan Indonesia sebagai "Kartu Penting" di Asia Tenggara.

-Anton DH Nugrahanto-.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar